Jumat, 19 Oktober 2012

Rain is yours. - Part 2

Jack segera memulai langkahnya untuk menghampiri seseorang yang sudah menunggunya diseberang jalan yang tak lain ialah kekasihnya. Disetiap langkahnya ia selalu berkata “please God, help me. ugh, keep calm, Jack”. Langkah demi langkah ia lakukan dengan penuh percaya diri. Dari seberang jalan wanita itu tidak henti-hentinya melontarkan senyuman manisnya dengan perasaan yang tidak sabar ingin melihat apa yang ingin Jack perlihatkan padanya. 

Tetapi senyumannya tiba-tiba memudar.

Suara ban mobil yang sangat tajam seakan-akan telah direm paksa terlintas dipendengarannya. Tiba-tiba petir terdengar seakan-akan ingin mengguncang dunia. Aku menggenggam erat cangkir teh yang kupegang dan merasakan getaran mulai menghampiriku.

Dengan tidak percaya wanita itu membungkam mulutnya, bukan lagi dengan senyuman kebahagian tetapi rasa akan tidak percaya menghampiri pikirannya. Jack yang seharusnya sudah berada dihadapannya kini sedang tergeletak diseberang jalan,tempat dimana Jack memulai langkahnya dengan pasti. Wanita itu menghampiri Jack.

Tubuh wanita itu seketika melemas hingga terjatuh berlutut disamping kekasihnya yang kini tidak berdaya. Darah terus mengalir dari kepala Jack tanpa henti. Kekasihnya hanya bisa terus menepuk-nepuk wajah Jack dan berharap Jack akan tetap sadar. Wanita itu terus berteriak “jaaaackkkkkkk...jackkkkkkk” dan air matanya terus membasahi wajah mungil nya.

Tak lama kemudian Jack mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya. Kotak kecil berwarna hitam kini berada digenggaman Jack. Ia lalu berkata “I try to give my best whatever it is. I just wanna give you this. i swear i would never to hurt you, to leave you, to make you cry like now, but i break my promise. Sorry, dear.” kemudian Jack menyodorkan kotak tersebut kepada kekasihnya.

Bayanganku tiba-tiba kabur. Air mata sedang membanjiri mataku tapi tak sampai membasahi pipiku. Tanganku tiba-tiba merasakan dingin yang menusuk. Bibirku seketika mulai bergetar. Dari tempatku berdiri, aku terus menatap ke arah seberang jalan.

jack pleaseee, dont leave me. pleaseee” air mata wanita itu sudah tak terbendung.

Please, dont cry. Its hurting me so much", ucap Jack. Wanita itu menghapus linangan air matanya, "see? i'm not cry, i'm fine. pleasee stay here forever". "Maybe someday we'll meet again, meet in place like there's no one can hurt us and separate our love. See you soon, dear. Bye...” kemudian Jack menutup mata secara perlahan untuk selamanya dan butiran air mata yang tadinya tertahan disudut mata Jack kini mengalir jelas.

Seperti Jack, kini air mata mulai membasahi pipi mungilku. Pandanganku mulai kabur. Cangkir teh ditanganku semakin ku genggam erat. Bibirku tetap bergetar. Aku menutup mata sejenak dan membukanya kembali. 

Dua sosok manusia yang kupandangi daritadi tiba-tiba hilang. Jalanan tampak ramai oleh mobil yang berlalu lalang. Semua kelihatan normal. Tidak terlihat sekumpulan masyarakat yang berkumpul untuk menghampiri Jack. benar-benar normal. 

Sejenak aku merindukan sosok Jack. Aku menghapus air mata yang terus membasahi pipiku sampai kemudian aku merasakan ada sesuatu yang ganjil pada tanganku. Lebih tepatnya pada jari-jari tanganku. Terlintas dipikiranku kejadian 3 tahun yang lalu. Kejadian yang juga baru saja terbayang didalam benakku. Sebuah benda yang sampai detik ini tetap tampak berkilau membaluti jari manisku. 

Bayangan itu adalah kejadian masa laluku bersama Jack.

Aku berkata dalam hati, "i love you, Jack. Everyday i felt like do my activity with you like we used to do. Even though we aren't in the same world anymore but you'll stay here forever.

"forever."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar