Rabu, 04 Juli 2012

Short Story Part 2

Oh ia, mengenai tamu yang sedang ada diruang tamu rumah Tara. Itu adalah orang yang mengurus keperluan masa depan Tara. Mereka datang untuk melaporkan perkembangan selanjutnya. Mengingat hal itu, Tara melirik jam dihandphone blackberrynya. Pukul 21.10.

Udah pulang nggak ya tuh tamu?” tanya Tara dalam hati.
Kriingg...Kriiingg...
halo, kenapa Ma?”
Turun dulu sini, ada yang mau diomongin”
diomongin? Ada apa ya?
Tara segera beranjak dari tempat tidur dan menuju kelantai bawah. Dengan perasaan bimbang, Tara melewati anak tangga dirumahnya. Ia melirik sejenak keruang tamu untuk memastikan apakah tamu yang tadi datang sudah pulang atau masih sibuk melaporkan berita. Tara melihat pintu ruang tamu sudah tertutup rapat, kemudian melanjutkan langkah ke arah ruang kelaurga.

sini duduk dulu” ucap Mamanya.

Tara kebingungan dan penasaran dengan keputusan dari orang yang datang tadi. Ia melayangkan tubuhnya keatas sofa empuk yang ada diruang keluarganya dan dengan siap mendengarkan segala keputusan yang ada. Tara berbincang-bincang bersama Mama dan Papanya mengenai keputusan tadi.

Akhir dari pembicaraan, Tara hanya bisa menahan diri untuk meluapkan emosi karena keputusannya tidak sesuai dengan rencananya. Dengan perasaan campur aduk, entah ingin marah ataupun nangis, Tara beranjak dari ruang keluarga dan segera balik menuju ke kamarnya.

Sontak ketika Tara duduk dimeja belajar dan menatap lurus ke wallpaper Macbooknya, bulir air bengalir dipipi lembutnya. Tara tak bisa menahannya lagi. Heningnya malam itu, jelas-jelas menambah kesedihan Tara. Tak ingin terlalut terlalu lama dalam kesedihan, Tara meraih tissue yang terletak tidak jauh dari meja belajarnya dan kemudian menghapus linangan air matanya.

Inhale and Exhale

Tara melakukan ritual tersebut untuk menenangkan pikirannya dan itu dilakukan berkali-kali sampai keadaannya benar-benar sudah membaik. Untuk menghibur diri, Tara membuka iTunes yang ad dimacbooknya dan mencari lagu yang cocok untuk membuatnya tersenyum kembali dan melupakan kejadian tadi. Tara sadar, seniat apapun, sekuat apapun Tara ingin menentang keputusan itu, tidak akan merubah apapun. Tara sadar, itu adalah nasibnya. Entah itu yang terbaik atau malah sebaliknya.
Call me maybe – Carly Rae Jepsen
Tara meng-klik lagu yang tepat dan meraih novel yang berada diatas tempat tidur. Dengan konsentrasi yang tak menentu, Tara beberapa kali berusaha melupakan suatu hal yang daritadi mengusik pikirannya. Tapi tidak bisa. Pikiran itu terus menghantuinya. Dengan kesal, Tara menutup dan membanting novel keatas tempat tidur.

Tanpa berfikir panjang, ia langsung meraih Blackberry-nya dan mencari kontak yang bernama Adrian. Dapat. Tara menekan tombol hijau dan berkata dalam hati 'mudah-mudahan Adrian adalah orang yang tepat untuk meluapkan semua perasaanku dan memberiku masukan yang baik. Jadi besok pagi, aku bisa kembali tersenyum ketika memulai hari'.

Mudah-mudahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar