Oh
ia, mengenai tamu yang sedang ada diruang tamu rumah Tara. Itu adalah
orang yang mengurus keperluan masa depan Tara. Mereka datang untuk
melaporkan perkembangan selanjutnya. Mengingat hal itu, Tara melirik
jam dihandphone blackberrynya. Pukul 21.10.
“Udah
pulang nggak ya tuh tamu?” tanya Tara dalam hati.
Kriingg...Kriiingg...
“halo,
kenapa Ma?”
“Turun
dulu sini, ada yang mau diomongin”
diomongin? Ada apa ya?
Tara
segera beranjak dari tempat tidur dan menuju kelantai bawah. Dengan
perasaan bimbang, Tara melewati anak tangga dirumahnya. Ia melirik
sejenak keruang tamu untuk memastikan apakah tamu yang tadi datang
sudah pulang atau masih sibuk melaporkan berita. Tara melihat pintu
ruang tamu sudah tertutup rapat, kemudian melanjutkan langkah ke arah
ruang kelaurga.
“sini
duduk dulu” ucap Mamanya.
Tara
kebingungan dan penasaran dengan keputusan dari orang yang datang
tadi. Ia melayangkan tubuhnya keatas sofa empuk yang ada diruang
keluarganya dan dengan siap mendengarkan segala keputusan yang ada.
Tara berbincang-bincang bersama Mama dan Papanya mengenai keputusan
tadi.
Akhir
dari pembicaraan, Tara hanya bisa menahan diri untuk meluapkan emosi
karena keputusannya tidak sesuai dengan rencananya. Dengan perasaan
campur aduk, entah ingin marah ataupun nangis, Tara beranjak dari
ruang keluarga dan segera balik menuju ke kamarnya.
Sontak
ketika Tara duduk dimeja belajar dan menatap lurus ke wallpaper
Macbooknya, bulir air bengalir dipipi lembutnya. Tara tak bisa
menahannya lagi. Heningnya malam itu, jelas-jelas menambah kesedihan
Tara. Tak ingin terlalut terlalu lama dalam kesedihan, Tara meraih
tissue yang terletak tidak jauh dari meja belajarnya dan kemudian
menghapus linangan air matanya.
Inhale
and Exhale
Tara melakukan ritual tersebut
untuk menenangkan pikirannya dan itu dilakukan berkali-kali sampai
keadaannya benar-benar sudah membaik. Untuk menghibur diri, Tara
membuka iTunes yang ad dimacbooknya dan mencari lagu yang cocok untuk
membuatnya tersenyum kembali dan melupakan kejadian tadi. Tara sadar,
seniat apapun, sekuat apapun Tara ingin menentang keputusan itu,
tidak akan merubah apapun. Tara sadar, itu adalah nasibnya. Entah itu
yang terbaik atau malah sebaliknya.
Call me maybe – Carly Rae Jepsen
Tara
meng-klik lagu yang tepat dan meraih novel yang berada diatas tempat
tidur. Dengan konsentrasi yang tak menentu, Tara beberapa kali
berusaha melupakan suatu hal yang daritadi mengusik pikirannya. Tapi
tidak bisa. Pikiran itu terus menghantuinya. Dengan kesal, Tara
menutup dan membanting novel keatas tempat tidur.
Tanpa
berfikir panjang, ia langsung meraih Blackberry-nya dan mencari
kontak yang bernama Adrian. Dapat. Tara menekan tombol hijau dan
berkata dalam hati 'mudah-mudahan Adrian adalah orang yang tepat
untuk meluapkan semua perasaanku dan memberiku masukan yang baik. Jadi besok pagi, aku bisa kembali tersenyum ketika memulai hari'.
Mudah-mudahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar