Tara
tak bisa membendung kesedihannya.
Keputusan
itu mau tidak mau harus ia terima. Siapa sangka semua terjadi diluar
dugaannya? Tara sudah bermimpi terlalu jauh. Terlalu tinggi. Tetapi
menurutnya itu memang pantas untuk masa depannya. Sejenak ia memutar
kembali ingatan memori singkatnya tentang kejadian tadi.
Beeeppp...Beeeeppp
Blackberry
Tara berbunyi. Itu bunyi tanda ada pesan masuk. Dari siapa ya?
Tara bertanya dalam hati.
Tersirat satu sosok wajah seorang lelaki dipikirannya. Sang idola.
Dengan perasaan ragu, Tara kemudian menekan tombol message dari layar
handphone dan membacanya. Tanpa disangka, itu dari Mamanya.
Sebenarnya, Tara sudah tahu betul kalau jam-jam seperti itu pasti
Mamanya akan menghubunginya entah lewat send message or telephone
hanya untuk memberitahunya waktu makan malam telah tiba.
Tanpa
menunggu lama-lama, Tara yang sebelumnya sedang membaca novel hasil
buruannya kemarin, segera melangkahkan kaki menuju ruang makan yang
berada dilantai satu rumahnya. Tara tak sabar ingin mencicipi masakan
Mamanya yang setiap hari pasti dibuat sesuai seleranya sendiri.
Keluarga Tara mewajibkan adanya ritual makan malam bersama tiap hari.
ITU WAJIB. Jangan heran, jadwal diet Tara pada malam hari kadang
harus ia relakan kandas karena keharusan itu. Tapi menurut Tara,
dengan adanya rutinitas seperti ini, keluarganya bisa berkumpul tiap
hari. Dan itu suatu kebanggaan Tara bisa hidup didalam keluarga yang
harmonis ini.
Setelah
makan malam berakhir, Tara berniat untuk langsung berlari menaiki dan
menuju ke kamar yang sudah didesain dengan suasana serba Biru-Merah
yang terletak dilantai 3 rumahnya. Rumah Tara memiliki 4 lantai
bertingkat. Itu artinya, Tara bisa berolahraga kecil-kecilan hanya
dengan bolak-balik menaiki anak tangga yang berada disetiap lantai.
Tiba-tiba...
“kak,
ajarin main game yang ini dong” teriak Rania.
Rania
adalah adik Tara yang paling kecil dan paling rewel. Apapun
kemauannya harus diturutin. Jadi jangan harap Tara bisa mengatakan
“tidak” jika tak ingin melihat rengekan adiknya yang lumayan bisa
naikin....LIMA tanduk devil dikepalanya.
Dengan
terpaksa, Tara harus 'transit' dulu dilantai dua alias ke kamar
adiknya itu. Dalam beberapa waktu, Tara bisa menjadi babu tak
terbayar oleh adiknya. Semua itu Tara lakukan karena sadar dengan
perannya sebagai seorang Kakak.
Tiing....toong...tiiing...toongg...
Bel
rumah Tara terdengar hampir keseluruh bagian rumahnya, karena memang
'Bel' itu dirancang khusus mengingat rumah Tara memiliki luas yang
lumayan besar dengan tingkatan rumah ada 4 lantai.
Tiba-tiba
perasaan Tara nggak enak. Sebenarnya tujuan Tara ingin masuk kamar
lebih cepat karena ia udah tau lebih awal akan kedatangan tamu dan
dia udah tau itu siapa! Tanpa berfikir panjang, Tara berlari
kecil-kecil dan mencari akal supaya tamu yang sebenarnya udah
diundang ini nggak melihat wujud Tara sedikitpun. Dan itu berhasil
karena ternyata 'tamu' itu diterima diruang tamu paling depan.
Alhamdulillah . Tara berkata
dalam hati.
Ruang
tempat menerima tamu dirumah Tara memang sengaja didesain berbeda
lantai dengan tempat khusus kumpul keluarga. Untuk kumpul keluarga,
sengaja ditempatkan dilantai satu yang memang didesain private
oleh keluarganya dan
ruang untuk menerima tamu diletakkan ditingkatan lantai dua yang juga
didesain formal untuk khusus suasana menjamu tamu. Ditambah sedikit
space untuk 3 kamar tidur yang terdiri dari Kamar tidur utama, Kamar
tidur Rania dan Kamar tidur untuk tamu. Sedangkan Tara dan kedua
saudara lainnya ditempatkan ditingkatan lantai tiga.
Tara
kembali ke kamar dan menghempaskan tubuh mungilnya ketempat tidur
berukuran sedang yang sudah ia miliki sejak umur 15 Tahun. Meskipun
ia tahu, kesalahan apa yang akan terjadi jika 'Sehabis makan nggak
boleh langsung tidur' tapi ia tak mempedulikannya. Tara melanjutkan
aktivitasnya tadi yang terkandas karena panggilan alam alias
panggilan untuk makan malam. Baca novel. Yup, akhir-akhir ini Tara
hanya disibukkan dengan membaca novel. Entah akhir-akhir ini, ia
kembali hobi untuk membaca setelah vacuum kurang lebih setengah
tahun.
Budget
yang ia keluarkan pun tak sedikit. Kebanyakan dari koleksi bacaan
Tara adalah buku yang memiliki seri. Jadi, beli satu buku aja nggak
cukup. Tara harus membeli 3 atau 4 buku untuk mengetahui bagaimana
kelanjutan cerita dari buku pertama sampai akhir.
Meskipun
harus mengeluarkan extra-budget dibanding membeli novel yang cukup
satu buku aja ceritanya udah selesai, Tara bisa merasakan hasilnya.
Kepuasaan Tara terhadap cerita-cerita hasil karangan beberapa
penerbit, membuatnya tak lagi memikirkan berapa banyak uang yang
harus ia habiskan untuk kesenangan yang bermanfaat baginya. Lagian,
menurutnya, membaca novel itu lebih menyenangkan daripada buku
pelajaran. Novel juga banyak memberi pelajaran kok, contohnya soal
kehidupan bahkan soal asmara sekalipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar