Rabu, 04 Juli 2012

Short Story part 1

 Tara tak bisa membendung kesedihannya.

Keputusan itu mau tidak mau harus ia terima. Siapa sangka semua terjadi diluar dugaannya? Tara sudah bermimpi terlalu jauh. Terlalu tinggi. Tetapi menurutnya itu memang pantas untuk masa depannya. Sejenak ia memutar kembali ingatan memori singkatnya tentang kejadian tadi.
Beeeppp...Beeeeppp
Blackberry Tara berbunyi. Itu bunyi tanda ada pesan masuk. Dari siapa ya? Tara bertanya dalam hati. Tersirat satu sosok wajah seorang lelaki dipikirannya. Sang idola. Dengan perasaan ragu, Tara kemudian menekan tombol message dari layar handphone dan membacanya. Tanpa disangka, itu dari Mamanya. Sebenarnya, Tara sudah tahu betul kalau jam-jam seperti itu pasti Mamanya akan menghubunginya entah lewat send message or telephone hanya untuk memberitahunya waktu makan malam telah tiba.

Tanpa menunggu lama-lama, Tara yang sebelumnya sedang membaca novel hasil buruannya kemarin, segera melangkahkan kaki menuju ruang makan yang berada dilantai satu rumahnya. Tara tak sabar ingin mencicipi masakan Mamanya yang setiap hari pasti dibuat sesuai seleranya sendiri. Keluarga Tara mewajibkan adanya ritual makan malam bersama tiap hari. ITU WAJIB. Jangan heran, jadwal diet Tara pada malam hari kadang harus ia relakan kandas karena keharusan itu. Tapi menurut Tara, dengan adanya rutinitas seperti ini, keluarganya bisa berkumpul tiap hari. Dan itu suatu kebanggaan Tara bisa hidup didalam keluarga yang harmonis ini.

Setelah makan malam berakhir, Tara berniat untuk langsung berlari menaiki dan menuju ke kamar yang sudah didesain dengan suasana serba Biru-Merah yang terletak dilantai 3 rumahnya. Rumah Tara memiliki 4 lantai bertingkat. Itu artinya, Tara bisa berolahraga kecil-kecilan hanya dengan bolak-balik menaiki anak tangga yang berada disetiap lantai. Tiba-tiba...

kak, ajarin main game yang ini dong” teriak Rania.

Rania adalah adik Tara yang paling kecil dan paling rewel. Apapun kemauannya harus diturutin. Jadi jangan harap Tara bisa mengatakan “tidak” jika tak ingin melihat rengekan adiknya yang lumayan bisa naikin....LIMA tanduk devil dikepalanya.

Dengan terpaksa, Tara harus 'transit' dulu dilantai dua alias ke kamar adiknya itu. Dalam beberapa waktu, Tara bisa menjadi babu tak terbayar oleh adiknya. Semua itu Tara lakukan karena sadar dengan perannya sebagai seorang Kakak.
Tiing....toong...tiiing...toongg...
Bel rumah Tara terdengar hampir keseluruh bagian rumahnya, karena memang 'Bel' itu dirancang khusus mengingat rumah Tara memiliki luas yang lumayan besar dengan tingkatan rumah ada 4 lantai.

Tiba-tiba perasaan Tara nggak enak. Sebenarnya tujuan Tara ingin masuk kamar lebih cepat karena ia udah tau lebih awal akan kedatangan tamu dan dia udah tau itu siapa! Tanpa berfikir panjang, Tara berlari kecil-kecil dan mencari akal supaya tamu yang sebenarnya udah diundang ini nggak melihat wujud Tara sedikitpun. Dan itu berhasil karena ternyata 'tamu' itu diterima diruang tamu paling depan. Alhamdulillah . Tara berkata dalam hati.

Ruang tempat menerima tamu dirumah Tara memang sengaja didesain berbeda lantai dengan tempat khusus kumpul keluarga. Untuk kumpul keluarga, sengaja ditempatkan dilantai satu yang memang didesain private oleh keluarganya dan ruang untuk menerima tamu diletakkan ditingkatan lantai dua yang juga didesain formal untuk khusus suasana menjamu tamu. Ditambah sedikit space untuk 3 kamar tidur yang terdiri dari Kamar tidur utama, Kamar tidur Rania dan Kamar tidur untuk tamu. Sedangkan Tara dan kedua saudara lainnya ditempatkan ditingkatan lantai tiga. 
 
Tara kembali ke kamar dan menghempaskan tubuh mungilnya ketempat tidur berukuran sedang yang sudah ia miliki sejak umur 15 Tahun. Meskipun ia tahu, kesalahan apa yang akan terjadi jika 'Sehabis makan nggak boleh langsung tidur' tapi ia tak mempedulikannya. Tara melanjutkan aktivitasnya tadi yang terkandas karena panggilan alam alias panggilan untuk makan malam. Baca novel. Yup, akhir-akhir ini Tara hanya disibukkan dengan membaca novel. Entah akhir-akhir ini, ia kembali hobi untuk membaca setelah vacuum kurang lebih setengah tahun.

Budget yang ia keluarkan pun tak sedikit. Kebanyakan dari koleksi bacaan Tara adalah buku yang memiliki seri. Jadi, beli satu buku aja nggak cukup. Tara harus membeli 3 atau 4 buku untuk mengetahui bagaimana kelanjutan cerita dari buku pertama sampai akhir.

Meskipun harus mengeluarkan extra-budget dibanding membeli novel yang cukup satu buku aja ceritanya udah selesai, Tara bisa merasakan hasilnya. Kepuasaan Tara terhadap cerita-cerita hasil karangan beberapa penerbit, membuatnya tak lagi memikirkan berapa banyak uang yang harus ia habiskan untuk kesenangan yang bermanfaat baginya. Lagian, menurutnya, membaca novel itu lebih menyenangkan daripada buku pelajaran. Novel juga banyak memberi pelajaran kok, contohnya soal kehidupan bahkan soal asmara sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar