Tiba-tiba
bayangan wajah Radit tersirat dibenaknya. Tira menyadari satu hal,
banyak kejadian yang ia alami bersama Radit disekolah itu.
“Assalamualaikum”,
Tira sontak terbangun dari lamunannya. Ia melihat sosok Ibu-Ibu yang
berdiri didepan pintu kelasnya. Bu Santi menjawab sambil tersenyum,
“waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu bu?”. Murid-murid mulai
terdengar usik bertanya kesana-kemari. 'siapa ya ibu ini?', gumamnya
dalam hati. Ibu-Ibu itu menyodorkan 4 paket susu strawberry dan
membisikkan sesuatu ke Bu Santi.
Tiba-tiba,
Tira mendengar dengusan yang lumayan keras dan membuatnya berbalik
badan. Diliatnya Raka yang mengangkat bahu, pertanda tidak mengetahui
apa-apa. Tira menengok ke sosok laki-laki yang kelihatan gusar, duduk
disamping Raka. 'kenapa sih?'.
Setelah
itu, Bu Santi masuk dengan menggandeng 4 botol susu itu dan
melanjutkan pelajarannya. 30 menit berlalu. Bel tanda istirahat
berbunyi. Murid-murid berlarian keluar kelas. Hanya ada Tira, Raka,
Radit, Bu Santi dan beberapa murid lainnya yang bisa dihitung jari
sedang ngerumpi seperti biasa disudut kelas. Radit melangkahkan kaki,
meninggalkan tempat duduknya. Tiba-tiba Bu Santi memanggil Radit,
“Dit, sini dulu”. Radit yang tadinya jalan menuju luar kelas,
langsung berbalik badan ke arah Bu Santi. Tira melihat Bu Santi
menyodorkan 4 paket susu itu ke Radit.
Sambil
sedikit menguping, Tira mendengar “Ini, tadi itu mama kamu kan?
Katanya kamu lupa minum susu tadi pagi. Buat jaga kesehatan aja sih”.
Tak bisa menahan tawa diam-diam, Tira tiba-tiba berteriak dan ketawa
geli. “aaaahh anak mami dibawain susu”. Murid-murid yang lain-pun
ikut menerawakan Radit. Mendengar perkataan Tira, Radit melihat sinis
ke arah Tira.
Seketika
tubuh Tira merasakan aura perang dunia ke 2. Dengan sigat, Tira
menahan tawa dengan terpaksa sambil menutup mulut dengan kedua
telapak tangannya. 'sial sial sial', gumamnya dalam hati. Setelah
mengambil susu itu, Radit mengambil langkah menuju luar ruang kelas.
Tira sesegera mungkin beranjak dari tempat duduk dan berencena untuk
mengejarnya. Didepan pintu, Tira berdiri dan mencari sosok Radit.
HILANG. Batang hidung Raditpun, lenyap. Ia mengurungkan niat untuk
mengejarnya. Raka yang sudah sejak tidak tahu kapan, berada
dibelakang Tira. “udahlah, makan yuk”. Raka mengajak Tira ke
kantin.
Langkah
Tira terhenti, matanya terpaku pada sosok Radit yang sedang duduk
dipojokan kantin.T erlihat Radit sedang termenung, lebih jelasnya
merasa malu karena kejadian dikelas tadi. Tira berniat untuk
menghampirinya. Sebelum Tira melangkahkan kaki, dalam hitungan 3
detik, Radit mengangkat kepalanya dan memandang Tira. Entah, Radit
memiliki batin yang kuat atau indera ke enam Radit merasa ada orang
yang sedang ingin menuju ke arahnya. Tira tertegun. Ia menghentikan
langkahnya.
Diluar
dugaan, Radit bergegas untuk meninggalkan kantin dan menatap tajam ke
arah Tira. Dengan rasanya bersalah, Tira hanya bisa menunduk dan
membiarkan Radit berlalu begitu saja.
2
minggu kemudian...
Tira
merasa, ini adalah waktu terlama ia memiliki musuh. Radit belum
berniat untuk memaafkan Tira. Apa daya, Tira hanya bisa menunggu dari
keputusan Radit.
Teeeng....Teeeng...Teeeng....
Bel
berbunyi tanda waktu istirahat tiba.
Tanpa
menghiraukan Radit, LAGI, Tira segera meninggalkan kelas, menuju
kantin. Radit mengalihkan pandangan ke arah Tira yang berjalan menuju
keluar pintu kelas. Sejenak Radit terdiam. Beberapa detik kemudian,
Radit beranjak dari kursi.
Disisi
lain, Tira berjalan melewati koridor dan memandangi lapangan yang
tampak ramai oleh anak kelas 12 sedang bermain basket. Tira mendapati
2 pasang mata yang tersenyum padanya. Tira melambaikan tangannya
kepada sahabatnya. Raka. Setelah itu, Tira melanjutkan langkahnya
menuju kantin.
Hari
itu, Tira tidak ingin makan macam-macam. Ia berencana hanya akan
membeli sebotol susu. Sesampainya dikantin, ia segera menuju ke
warung langganannya.
“pak
susu rasa strawberrynya dong, satu. Nih duitnya”.
Setelah memberikan 2 lembar uang 2000 rupiah, Tira berjalan menuju
kulkas yang berada 1 meter dari tempat ia berdiri tadi. Kedua bola
matanya sibuk mencari susu strawberry yang ia maksud, sampai akhirnya
ia menunduk dan matanya terpaku pada rak ke tiga dari kulkas itu. Ia
meraih susu strawberry dihadapannya.
Tiba-tiba
sekujur tubuhnya terdiam. Merasakan udara dinginnya kulkas menusuk ke
kulit tubuhnya. Ia merasa menjadi patung dadakan. Ia melihat ada 2
tangan yang ingin meraih susu strawberry tersebut. ia bertanya dalam
hati “itukan tangan gue, terus yang itu tangan siapa?”.
Dengan
perasaan deg-degan, Tira membalikkan badan dan mendapati Radit sedang
berdiri dibelakangnya. “Ternyata, selain gue, ada anak mami dadakan
juga ya. Tumben nih, perasaan lo nggak suka ginian deh”. Radit
tersenyum melihat ekspresi Tira yang masih kaget akan kehadirannya.
“eh
apa-apaan sih, yeee”, Tira segera menegakkan badan. Tira berkata
dalam hati “kok Radit bisa tau? Apa dia suka merhatiin gue ya?”.
Tira menggeleng-geleng kepala. Ia tak ingin berlama-lama memikirkan
hal seperti itu.
“cuma
nyapa aja sih,jutek amat”, ejek Radit sambil mengacak rambut Tira.
Melihat
tingkah Radit, Tira menyubit perut Radit dan kemudian mereka berlari
keluar kantin, kejar-kejaran sampai kelas. Raka yang melihat tingkah
sahabatnya dari sisi lapangan, hanya bisa tersenyum sambil
menggelengkan kepala.
Sejak
kejadian itu, Tira merasa Radit mempunyai tempat tersendiri
dihatinya. Entah kenapa, hari-hari berikutnya mereka semakin dekat
dan itu membuat Radit memiliki arti tersendiri di hati Tira.
Begitupun , Radit. Tingkah lakunya semakin berbeda, hari demi hari.
Radit semakin memanjakan Tira.
Tetapi
dengan perubahan itu, tidak membawa mereka ke jenjang lebih serius.
Tira terus bertanya-tanya, apa arti kedekatan mereka selama 1 tahun
ini? Apa semua tak berarti apa-apa? Tira hanya ingin penjelasan atas
hubungan mereka.
“Ya
anak-anak, sesuai dengan kesepakatan dari pihak yayasan, acara
penamatan diadakan tanggal 11 Juni 2012 bertempat di hotel Santika
pukul 07 Malam”. Bu Santi menjelaskan seputar persiapan penamatan
nanti. Tanpa mempedulikan ucapan Bu Santi, Tira kembali berfikir
tentang baju yang akan dia kenakan nanti. Ia berencana untuk berburu
baju, sepulang sekolah nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar