Minggu, 15 Juli 2012

irreplaceable PART 5

     Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Sekarang Tira menduduki bangku kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan meninggalkan masa-masa SMAnya. Begitu banyak kenangan yang ada disekolah ini bagi hidup Tira. Rasa-rasanya berat untuk meninggalkan semuanya.

    Tiba-tiba bayangan wajah Radit tersirat dibenaknya. Tira menyadari satu hal, banyak kejadian yang ia alami bersama Radit disekolah itu.

    “Assalamualaikum”, Tira sontak terbangun dari lamunannya. Ia melihat sosok Ibu-Ibu yang berdiri didepan pintu kelasnya. Bu Santi menjawab sambil tersenyum, “waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu bu?”. Murid-murid mulai terdengar usik bertanya kesana-kemari. 'siapa ya ibu ini?', gumamnya dalam hati. Ibu-Ibu itu menyodorkan 4 paket susu strawberry dan membisikkan sesuatu ke Bu Santi.

    Tiba-tiba, Tira mendengar dengusan yang lumayan keras dan membuatnya berbalik badan. Diliatnya Raka yang mengangkat bahu, pertanda tidak mengetahui apa-apa. Tira menengok ke sosok laki-laki yang kelihatan gusar, duduk disamping Raka. 'kenapa sih?'.

    Setelah itu, Bu Santi masuk dengan menggandeng 4 botol susu itu dan melanjutkan pelajarannya. 30 menit berlalu. Bel tanda istirahat berbunyi. Murid-murid berlarian keluar kelas. Hanya ada Tira, Raka, Radit, Bu Santi dan beberapa murid lainnya yang bisa dihitung jari sedang ngerumpi seperti biasa disudut kelas. Radit melangkahkan kaki, meninggalkan tempat duduknya. Tiba-tiba Bu Santi memanggil Radit, “Dit, sini dulu”. Radit yang tadinya jalan menuju luar kelas, langsung berbalik badan ke arah Bu Santi. Tira melihat Bu Santi menyodorkan 4 paket susu itu ke Radit.

    Sambil sedikit menguping, Tira mendengar “Ini, tadi itu mama kamu kan? Katanya kamu lupa minum susu tadi pagi. Buat jaga kesehatan aja sih”. Tak bisa menahan tawa diam-diam, Tira tiba-tiba berteriak dan ketawa geli. “aaaahh anak mami dibawain susu”. Murid-murid yang lain-pun ikut menerawakan Radit. Mendengar perkataan Tira, Radit melihat sinis ke arah Tira.

    Seketika tubuh Tira merasakan aura perang dunia ke 2. Dengan sigat, Tira menahan tawa dengan terpaksa sambil menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. 'sial sial sial', gumamnya dalam hati. Setelah mengambil susu itu, Radit mengambil langkah menuju luar ruang kelas. Tira sesegera mungkin beranjak dari tempat duduk dan berencena untuk mengejarnya. Didepan pintu, Tira berdiri dan mencari sosok Radit. HILANG. Batang hidung Raditpun, lenyap. Ia mengurungkan niat untuk mengejarnya. Raka yang sudah sejak tidak tahu kapan, berada dibelakang Tira. “udahlah, makan yuk”. Raka mengajak Tira ke kantin.

    Langkah Tira terhenti, matanya terpaku pada sosok Radit yang sedang duduk dipojokan kantin.T erlihat Radit sedang termenung, lebih jelasnya merasa malu karena kejadian dikelas tadi. Tira berniat untuk menghampirinya. Sebelum Tira melangkahkan kaki, dalam hitungan 3 detik, Radit mengangkat kepalanya dan memandang Tira. Entah, Radit memiliki batin yang kuat atau indera ke enam Radit merasa ada orang yang sedang ingin menuju ke arahnya. Tira tertegun. Ia menghentikan langkahnya.

    Diluar dugaan, Radit bergegas untuk meninggalkan kantin dan menatap tajam ke arah Tira. Dengan rasanya bersalah, Tira hanya bisa menunduk dan membiarkan Radit berlalu begitu saja.

 2 minggu kemudian...

    Tira merasa, ini adalah waktu terlama ia memiliki musuh. Radit belum berniat untuk memaafkan Tira. Apa daya, Tira hanya bisa menunggu dari keputusan Radit.

  Teeeng....Teeeng...Teeeng....

Bel berbunyi tanda waktu istirahat tiba.

    Tanpa menghiraukan Radit, LAGI, Tira segera meninggalkan kelas, menuju kantin. Radit mengalihkan pandangan ke arah Tira yang berjalan menuju keluar pintu kelas. Sejenak Radit terdiam. Beberapa detik kemudian, Radit beranjak dari kursi.

     Disisi lain, Tira berjalan melewati koridor dan memandangi lapangan yang tampak ramai oleh anak kelas 12 sedang bermain basket. Tira mendapati 2 pasang mata yang tersenyum padanya. Tira melambaikan tangannya kepada sahabatnya. Raka. Setelah itu, Tira melanjutkan langkahnya menuju kantin.

    Hari itu, Tira tidak ingin makan macam-macam. Ia berencana hanya akan membeli sebotol susu. Sesampainya dikantin, ia segera menuju ke warung langganannya.

“pak susu rasa strawberrynya dong, satu. Nih duitnya”.

     Setelah memberikan 2 lembar uang 2000 rupiah, Tira berjalan menuju kulkas yang berada 1 meter dari tempat ia berdiri tadi. Kedua bola matanya sibuk mencari susu strawberry yang ia maksud, sampai akhirnya ia menunduk dan matanya terpaku pada rak ke tiga dari kulkas itu. Ia meraih susu strawberry dihadapannya.

    Tiba-tiba sekujur tubuhnya terdiam. Merasakan udara dinginnya kulkas menusuk ke kulit tubuhnya. Ia merasa menjadi patung dadakan. Ia melihat ada 2 tangan yang ingin meraih susu strawberry tersebut. ia bertanya dalam hati “itukan tangan gue, terus yang itu tangan siapa?”.

    Dengan perasaan deg-degan, Tira membalikkan badan dan mendapati Radit sedang berdiri dibelakangnya. “Ternyata, selain gue, ada anak mami dadakan juga ya. Tumben nih, perasaan lo nggak suka ginian deh”. Radit tersenyum melihat ekspresi Tira yang masih kaget akan kehadirannya.

    “eh apa-apaan sih, yeee”, Tira segera menegakkan badan. Tira berkata dalam hati “kok Radit bisa tau? Apa dia suka merhatiin gue ya?”. Tira menggeleng-geleng kepala. Ia tak ingin berlama-lama memikirkan hal seperti itu.

“cuma nyapa aja sih,jutek amat”, ejek Radit sambil mengacak rambut Tira.

     Melihat tingkah Radit, Tira menyubit perut Radit dan kemudian mereka berlari keluar kantin, kejar-kejaran sampai kelas. Raka yang melihat tingkah sahabatnya dari sisi lapangan, hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala.

    Sejak kejadian itu, Tira merasa Radit mempunyai tempat tersendiri dihatinya. Entah kenapa, hari-hari berikutnya mereka semakin dekat dan itu membuat Radit memiliki arti tersendiri di hati Tira. Begitupun , Radit. Tingkah lakunya semakin berbeda, hari demi hari. Radit semakin memanjakan Tira.

     Tetapi dengan perubahan itu, tidak membawa mereka ke jenjang lebih serius. Tira terus bertanya-tanya, apa arti kedekatan mereka selama 1 tahun ini? Apa semua tak berarti apa-apa? Tira hanya ingin penjelasan atas hubungan mereka.

     “Ya anak-anak, sesuai dengan kesepakatan dari pihak yayasan, acara penamatan diadakan tanggal 11 Juni 2012 bertempat di hotel Santika pukul 07 Malam”. Bu Santi menjelaskan seputar persiapan penamatan nanti. Tanpa mempedulikan ucapan Bu Santi, Tira kembali berfikir tentang baju yang akan dia kenakan nanti. Ia berencana untuk berburu baju, sepulang sekolah nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar