Minggu, 15 Juli 2012

irreplaceable PART 2

TOK TOK TOK TOK TOK

      “Tir, bangun Tir. Bu santi masuk”, Raka mendorong tubuh Tira untuk membangunkannya. Dengan sekali dorongan, Tira tersadar dan segera memperbaiki keadaannya yang kacau. Rambut acak-acakan. Baju agak kusut. Muka pun muka bantal.

     “Anak-anak, sebelum kita memulai pelajaran, Ibu ingin memperkenalkan teman baru kalian. Nak, ayo masuk sini”. Seketika detak jantung Tira berhenti. Berdetak. Ia merasa tak ada lagi ruang udara yang tersisa untuknya. Tira menahan nafas sampai tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki masuk melewati pintu. Dilihatnya sepasang sepatu masuk. Jantungnya semakin tak terkontrol. Tira melanjutkan tatapannya keatas. Baju dimasukkan dalam celana dengan rapi. Postur tubuh yang....lumayan, membuat Tira tidak berhenti untuk mengucapkan “OMG OMG OMG”. Sampai akhirnya mata Tira terpaku pada papan nama yang tertempel disisi kiri baju laki-laki yang sekarang berdiri didepan kelas.

     “Nama saya Raditya Putra Agung, kalian bisa panggil saya Radit. Saya pindahan dari Jakarta, dari Mentari High School.” Belum sempat Tira membaca papan nama tersebut, anak laki-laki dihadapannya sudah mengucapkannya terlebih dahulu. “oh..Radit” gumamnya dalah hati.

     “silahkan nak Radit, duduk ditempat yang kosong”. Dengan segera, Radit si anak baru menuju ke tempat yang diisyaratkan. Samping Raka. Mau tak mau hanya itulah bangku yang kosong. Radit meletakkan tas diatas mejanya dan mengajak Raka kenalan. “Gue Radit”. Tanpa berfikir panjang, Tara berbalik sedikit ke arah Raka dan menaikkan alis sebagai kode untuk membalas sapaan Radit. “Ngg..gue Raka”. Tira membalikkan tubuh dan mengatur denyut jantung yang sudah tidak karuan sambil memejamkan mata sejenak.

Breath in and out.


Kamis, 24 Maret 2011

      Hari ini Tira akan mengabulkan permintaan orang yang sudah menjadi pacarnya selama 3 bulan. Mereka berencana untuk makan malam disuatu tempat yang special menurut Abi (pacar Tira). Tira berdiri didepan kaca untuk merapikan kembali penampilannya dan tiba-tiba terdengar klakson mobil dari luar rumahnya. Ia menengok ke jendela, ternyata itu mobil Abi. Pada detik itu juga, handphone Tira berdering...

Abi's Calling

iyaiya..tunggu ini baru mau keluar. Pamitan dulu”.

      Tanpa menunggu jawaban dari Abi, Tira menutup telephone lebih dulu. Ia berjalan menuju ke rak sepatu yang berada dekat pintu keluar rumahnya. Ia mengambil high heels favorite dan kebetulan sepadan dengan warna bajunya. “HAP.i'm ready” teriaknya. Tira berpamitan ke orangtuanya dan bergegas keluar, mengingat Abi sepertinya mulai kesal menunggu lama karena sejak pembicaraan tadi. Abi terus menelfonnya.

      “halo, maaf ya nunggu lama. Abis tadi tuh...”. Tira membuka pembicaraan. “udahlah, tiap anniversary kita kamu selalu aja telat”, ucap Abi memotong pembicaraannya. Tiba-tiba perasaan Tira menjadi tidak enak. Dengan perasaan kesal, Tira tidak bisa menahan emosinya. “kapan sih kamu bisa ngertiin? Telat 5 menit aja udah marah-marah nggak jelas.” Tira mencoba untuk menenangkan diri, agar tidak terlalu larut dalam emosinya sendiri, yang bisa menyebabkan kejadian tidak diinginkan terjadi. Lagi.

      “kamu tuh yang nggak pernah ada usaha buat ngerubah sifat jelek kamu, aku kan udah ngabarin sejam yang lalu. Harusnya kamu udah siap-siap dong, bukannya baru mau inilah..itulah..”. Melihat sikap Abi, Tira benar-benar tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi. Suasana malam yang indah tiba-tiba berubah. “aku emang nggak bisa untuk ngerubah sikap, terus kamu maunya apa? Asal kamu tau ya, sebenarnya hal sepele seperti ini nggak usah diributin. Kalau tujuan kamu mau macarin aku dan ngubah aku jadi apa yang kamu mau, sori, Bi. Aku nggak bisa. Mending kita udahan aja, kalau dari awal kamu nggak bisa nerima aku apa adanya”.

      Abis terdiam. Begitupun Tira. Alunan musik dari Ne Yo terdengar hingga kesudut mobil Abi. Suasana belum berubah. Keduanya hanya terdiam menyadari kesalahan mereka. 3 menit. 8 menit. Mereka masih terdiam. Tiba-tiba Abi memutuskan untuk membuka percakapan..

      “Tir..aku..” sebelum Abi melanjutkan, Tira buru-buru memotong pembicaraan. Dengan pengucapan yang tenang, Tira meluapkan 4 kata yang ada diotaknya. “Aku mau kita PUTUS”. Abi kanget. Matanya melotot memandangi Tira dengan ekspresi tidak percaya. “Tir....”, kata Abi. Lagi dan lagi sebelum Abi melanjutkan, Tira berbalik badan, membuka pintu dan menutupnya dengan agak kasar. Abi memukul stir mobilnya dan memijit-mijit jidatnya. Tira melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah dan menuju ke kamar yang terletak dilantai 2.

      Ia rebahan keatas tempat tidur. Malam itu menjadi mimpi buruk bagi Tira. Iming-iming bayangan soal makan malam special,hilang sudah. Orang yang paling ia butuhkan disaat-saat seperti ini adalah Raka. Ia meraih handphone yang ada didalam tasnya dan mulai mencari kontak Raka. Lalu memencet tombol hijau. Tak lama menunggu, suara Raka pun terdengar. “kenapa lagi lo?”, ucap Raka sebagai pembuka. “sialan lo. Eh..gue putus, Ka”. Air mata Tira pun membasahi pipinya. “kok bisa? Berantem? Bukannya mau janjian?”. Tira menarik nafas dan tiba-tiba tidak ingin berbicara banyak. Ia memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dan melanjutkannya besok. Disekolah.

      Tira benar-benar kacau. Semua terjadi diluar dugaan Tira. Ia berpikir, mimpi buruk apa yang terjadi pada dirinya. Mimpi yang benar-benar buruk. 3 bulan itu, bukan waktu yang mudah untuk ngejalanin hubungan. Bagi Tira. Selama ini, ia hanya bisa menjalin hubungan dengan kurun waktu 1 bulan. Nggak heran, kenapa ia begitu menyesali perbuatannya tadi. Tapi, Tira membenci laki-laki yang nggak bisa nerima dia apa adanya. Benci.

Keputusan terakhirnya adalah tidur lebih cepat dan berharap besok akan baik-baik saja.

Hufft..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar