“Tir,
bangun Tir. Bu santi masuk”, Raka mendorong tubuh Tira untuk
membangunkannya. Dengan sekali dorongan, Tira tersadar dan segera
memperbaiki keadaannya yang kacau. Rambut acak-acakan. Baju agak
kusut. Muka pun muka bantal.
“Anak-anak,
sebelum kita memulai pelajaran, Ibu ingin memperkenalkan teman baru
kalian. Nak, ayo masuk sini”. Seketika detak jantung Tira berhenti.
Berdetak. Ia merasa tak ada lagi ruang udara yang tersisa untuknya.
Tira menahan nafas sampai tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki
masuk melewati pintu. Dilihatnya sepasang sepatu masuk. Jantungnya
semakin tak terkontrol. Tira melanjutkan tatapannya keatas. Baju
dimasukkan dalam celana dengan rapi. Postur tubuh yang....lumayan,
membuat Tira tidak berhenti untuk mengucapkan “OMG OMG OMG”.
Sampai akhirnya mata Tira terpaku pada papan nama yang tertempel
disisi kiri baju laki-laki yang sekarang berdiri didepan kelas.
“Nama
saya Raditya Putra Agung, kalian bisa panggil saya Radit. Saya
pindahan dari Jakarta, dari Mentari High School.” Belum sempat Tira
membaca papan nama tersebut, anak laki-laki dihadapannya sudah
mengucapkannya terlebih dahulu. “oh..Radit” gumamnya dalah hati.
“silahkan
nak Radit, duduk ditempat yang kosong”. Dengan segera, Radit si
anak baru menuju ke tempat yang diisyaratkan. Samping Raka. Mau tak
mau hanya itulah bangku yang kosong. Radit meletakkan tas diatas
mejanya dan mengajak Raka kenalan. “Gue Radit”. Tanpa berfikir
panjang, Tara berbalik sedikit ke arah Raka dan menaikkan alis
sebagai kode untuk membalas sapaan Radit. “Ngg..gue Raka”. Tira
membalikkan tubuh dan mengatur denyut jantung yang sudah tidak karuan
sambil memejamkan mata sejenak.
Breath
in and out.
♔
Kamis,
24 Maret 2011
Hari
ini Tira akan mengabulkan permintaan orang yang sudah menjadi
pacarnya selama 3 bulan. Mereka berencana untuk makan malam disuatu
tempat yang special menurut
Abi (pacar Tira). Tira berdiri didepan kaca untuk merapikan kembali
penampilannya dan tiba-tiba terdengar klakson mobil dari luar
rumahnya. Ia menengok ke jendela, ternyata itu mobil Abi. Pada detik
itu juga, handphone Tira berdering...
Abi's
Calling
“iyaiya..tunggu
ini baru mau keluar. Pamitan dulu”.
Tanpa
menunggu jawaban dari Abi, Tira menutup telephone lebih dulu. Ia
berjalan menuju ke rak sepatu yang berada dekat pintu keluar
rumahnya. Ia mengambil high heels favorite dan kebetulan sepadan
dengan warna bajunya. “HAP.i'm ready” teriaknya. Tira berpamitan
ke orangtuanya dan bergegas keluar, mengingat Abi sepertinya mulai
kesal menunggu lama karena sejak pembicaraan tadi. Abi terus
menelfonnya.
“halo,
maaf ya nunggu lama. Abis tadi tuh...”. Tira membuka pembicaraan.
“udahlah, tiap anniversary kita kamu selalu aja telat”, ucap Abi
memotong pembicaraannya. Tiba-tiba perasaan Tira menjadi tidak enak.
Dengan perasaan kesal, Tira tidak bisa menahan emosinya. “kapan sih
kamu bisa ngertiin? Telat 5 menit aja udah marah-marah nggak jelas.”
Tira mencoba untuk menenangkan diri, agar tidak terlalu larut dalam
emosinya sendiri, yang bisa menyebabkan kejadian tidak diinginkan
terjadi. Lagi.
“kamu
tuh yang nggak pernah ada usaha buat ngerubah sifat jelek kamu, aku
kan udah ngabarin sejam yang lalu. Harusnya kamu udah siap-siap dong,
bukannya baru mau inilah..itulah..”. Melihat sikap Abi, Tira
benar-benar tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi. Suasana
malam yang indah tiba-tiba berubah. “aku emang nggak bisa untuk
ngerubah sikap, terus kamu maunya apa? Asal kamu tau ya, sebenarnya
hal sepele seperti ini nggak usah diributin. Kalau tujuan kamu mau
macarin aku dan ngubah aku jadi apa yang kamu mau, sori, Bi. Aku
nggak bisa. Mending kita udahan aja, kalau dari awal kamu nggak bisa
nerima aku apa adanya”.
Abis
terdiam. Begitupun Tira. Alunan musik dari Ne Yo terdengar hingga
kesudut mobil Abi. Suasana belum berubah. Keduanya hanya terdiam
menyadari kesalahan mereka. 3 menit. 8 menit. Mereka masih terdiam.
Tiba-tiba Abi memutuskan untuk membuka percakapan..
“Tir..aku..”
sebelum Abi melanjutkan, Tira buru-buru memotong pembicaraan. Dengan
pengucapan yang tenang, Tira meluapkan 4 kata yang ada diotaknya.
“Aku mau kita PUTUS”. Abi kanget. Matanya melotot memandangi Tira
dengan ekspresi tidak percaya. “Tir....”, kata Abi. Lagi dan lagi
sebelum Abi melanjutkan, Tira berbalik badan, membuka pintu dan
menutupnya dengan agak kasar. Abi memukul stir mobilnya dan
memijit-mijit jidatnya. Tira melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah
dan menuju ke kamar yang terletak dilantai 2.
Ia rebahan keatas tempat tidur. Malam itu menjadi mimpi buruk bagi
Tira. Iming-iming bayangan soal makan malam special,hilang sudah.
Orang yang paling ia butuhkan disaat-saat seperti ini adalah Raka. Ia
meraih handphone yang ada didalam tasnya dan mulai mencari kontak
Raka. Lalu memencet tombol hijau. Tak lama menunggu, suara Raka pun
terdengar. “kenapa lagi lo?”, ucap Raka sebagai pembuka. “sialan
lo. Eh..gue putus, Ka”. Air mata Tira pun membasahi pipinya. “kok
bisa? Berantem? Bukannya mau janjian?”. Tira menarik nafas dan
tiba-tiba tidak ingin berbicara banyak. Ia memutuskan untuk
mengakhiri pembicaraan dan melanjutkannya besok. Disekolah.
Tira
benar-benar kacau. Semua terjadi diluar dugaan Tira. Ia berpikir,
mimpi buruk apa yang terjadi pada dirinya. Mimpi yang benar-benar
buruk. 3 bulan itu, bukan waktu yang mudah untuk ngejalanin hubungan.
Bagi Tira. Selama ini, ia hanya bisa menjalin hubungan dengan kurun
waktu 1 bulan. Nggak heran, kenapa ia begitu menyesali perbuatannya
tadi. Tapi, Tira membenci laki-laki yang nggak bisa nerima dia apa
adanya. Benci.
Keputusan
terakhirnya adalah tidur lebih cepat dan berharap besok akan
baik-baik saja.
Hufft..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar